Jumat, 24 Juni 2011

Hati & Tuhan


Kesedihan tertanam menyumbat sisa nafas hatiku
Tiap kali akal manatap jalan hidupku
Kelalaian menyia-nyiakan usiaku tiada guna
Aku larut tak picingkan mata kala malam menggulita

Malangnya diriku... dan celakalah iblis
Berapa banyak ia sodorkan pada jiwaku rayuan dan godaan
Celakalah iblis... hampir saja ia mencelakakan aku
Namun Rabbku menghinakannya hingga ia kecewa

Bila hamba berlindung kepada Allah
Niscaya Dia menyelamatkan
Sehingga setan meninggalkannya dan berduka
Kegemaran dalam jiwaku menyeru diriku

Bangkitlah, hampir saja engkau terperangkap
Engkau merdeka selagi hanya menjadi hamba Allah
Maka tetaplah memohon kepada-Nya dan teguhlah
Luruskan pikiran, dan bangkitlah giat
Melakukan perbuatan yang membuahkan
Tuk hari esok, serta jangan berputus asa

Tujuan agar aku tekun melanjutkan
Usahaku bukan untuk makan atau pakaian
Kujual diri kepada Penciptaku dalam keadaan jelas, sadar,
lagi suka rela

Dan aku tak akan lepas.

Berkata-kata & Berdiam


Menelaah ilmu berjalan
luluh lemah dalam diri
mempesona akan tabiat

salam sapanya lembut
dalam samudra keilmuannya
pandangannya sayu berhikmah
diamnya dzikir, lisannya hikmah

Agung petunjuk-Nya akan ia
aneh diawal, kagum dikenal
jayalah engkau, penghuni surga
perjuangan & sapamu luluhkan hati
menafsirkan diri yang dalam
tak sampai kedasar, Engkau lah

Agung ciptaan-Mu
malu melihat kembali,,,
mampukah aku...?

Jumat, 17 Juni 2011

Ketika Cinta Berbalas (KCBnya ON.COM voice)


Saya masih ingat ada seorang sahabat yang menulis artikel dengan judul "Cinta tak terbalas". Ya, jika udah bicara tentang "CINTA", tidak akan pernah ada kata akhirnya, karena CINTA adalah anugerah yang indah sekaligus bikin gelisah.

Cinta tak/belum terbalas mungkin menyakitkan .. bikin penasaran … sekaligus berbunga angan-angan, "andaikan dia mau sama aku..", "apa dia tahu perasaanku ya ?". Mau tidak mau, kita dipaksa untuk mengakui dengan jujur…. , tiap hari pertanyaan serupa itu selalu muncul berganti-ganti.

Bila si dia menunjukkan respon ke arah "sana", hati kita langsung "kling-kling" bersinar cemerlang, serasa hanya kita yang diperhatikan .. "o, ternyata benar .. dia juga punya perasaan sama", "tuh, hanya aku yang dapat perhatian seperti itu…bla bla..bla ". Lagi, kalau si dia yang bikin kita kebat-kebit cuek dalam satu hari, hati tanpa dikomando bilang "tuh, aku mah ge-er aja… ", "ah, ternyata dia nggak suka ma aku". Lingkaran ini akan selalu berputar tak berkesudahan bila kita tidak bertanya langsung kepada si dia (karena takut resikonya ditolak).

saya setuju sekali dengan pendapat sang ukthi, betapa naifnya hanya karena cinta pada satu orang, kita melupakan cinta dari orang-orang yang telah memberikan cinta sejatinya dari orang tua, saudara, sahabat, guru-guru, terutama Allah..

Nah, sekarang bagaimana kalau CINTA BERBALAS? Apakah memang seperti gambaran orang-orang yang patah hati karena cinta mereka bertepuk sebelah tangan? Cinta yang berbalas itu indah dan membahagiakan kah?

Cinta. Anugerah terindah itu pasti akan pernah mampir kepada manusia, makhluk ciptaan-Nya yang dilengkapi akal dan perasaan. Kita juga tidak pernah berencana untuk mencintai seseorang. Cinta itu datang tak terduga, mengalir begitu saja dan paling parah.. sukar untuk menghentikannya.! Di saat, virus merah jambu itu datang pada kita… dan bluss !! ternyata… CINTA ITU BERBALAS! Benar-benar indahkah? Membahagiakan kah?

Ternyata dari beberapa hasil survey, didapat kesimpulan "Cinta yang berbalas juga tidak selamanya sesuai harapan". ILMU, yang dilengkapi oleh kejujuran hati nurani yang dititipkan oleh SANG PEMILIK CINTA membuat kita gelisah : takut zina hati sekaligus menikmati gejolak perasaan yang bervariasi.

Hari-hari dipenuhi keraguan.. di saat kita gembira bertemu dengan "dia", di saat itu pula rasa "takut" hadir, di saat kita merindukannya, di saat itu pula kita merasa malu karena kita jarang mengingat pemiliknya, Ar-Rahman. Pergulatan batin akan jadi sangat melelahkan jika kita tidak berusaha untuk "mempertahankan" diri sekuatnya.

Okelah, bagi yang sudah punya kemampuan dan keinginan untuk menikah dalam restu orang tua, mereka punya solusi : SEGERA MENIKAH! Berbahagialah bagi sahabat-sahabat yang berada dalam atmosfir seperti ini.

Nah, bagi yang belum punya kemampuan? atau yang jatuh cinta pada yang nggak seakidah, atau yang belum direstui orang tua untuk segera menikah, atau lagi, yang jatuh cinta pada tunangan, suami atau isteri orang lain? Wah.. wah.. ini nih UJIAN BERAT!, bukan berarti Allah nggak sayang sama kita, memberi anugerah sekaligus cobaan, tapi justru kita adalah orang-orang yang terpilih untuk membuktikan kesungguhan cinta kepada-Nya. Lalu? Haruskah kita hanyut dan terlena dengan cinta yang sesaat ini?

Ayo sobat ! Cinta sesungguhnya terbingkai dalam mahligai pernikahan. Dalam bingkai itulah kita benar-benar berhak mengekspresikan seluruh perasaan cinta yang ada… untuk meraih cinta-Nya yang Agung. Lamar atau minta dilamar, hanya itu pilihan.

Jangan terjebak CINTA SEMU !! Jika nama "dia" hadir tanpa diundang, segera ganti dengan istighfar dan sibukkan diri dengan aktifitas yang membutuhkan konsentrasi. Berhati-hatilah dengan hati yang melambung tinggi karena akan sangat sakit bila terhempas.

Tulisan ini hanya sekedar wacana untuk sama-sama jadi renungan. Mudah-mudahan kita bisa menikmati CINTA yang dianugerahkan-Nya dengan rasa syukur yang dalam, membuat kita makin mencintai-Nya dalam setiap hembusan nafas, berusaha mempertahankan zikrullah agar tidak berganti dengan nama si "dia".

Mari nikmati CINTA hanya untuk mengharap balasan cinta dari Sang Pemilik Cinta, karena hanya Dia yang tidak pernah mengecewakan kita.

Sekedar Dikagumi .....


Ukir kembali sejarah silam
zaman keasingan insan
dalam mencari hiasan

bertitah pada nota jemari
berdebu berhembus angin
terulang kembali kisah silam
 
bertatap tak tersapa, malu
dunia baru mengharu biru
 
bertutur sapa tersapa
satu titik, terpusat oleh mata
hati perasa berkiaskan asa
 
terpikir sebuah harapan
berlalunya waktu, pelangi terjawab
gerimis mengundang, basah
 
beranjak dalam do'a,dimana insan?

Kamis, 16 Juni 2011

Selimut Putih Nan Tipis


Dinginnya malam, bekukan kulit
putih tak berdaya, berlalu sapa
terperanjak dalam keheningan
meratapi siapa sang jiwa diri
hangat dalam belaianNya, 
Kain putih
tetap beku, bertegur sapa tanpa nada
tertinggal bak karang di samudera
terasa asin, banyu biru sang laut
terhampar pemandangan biru langit
sadar, pilihan jalan murni keinsyafan
hati dalam berkata,
Lisan membisu
mohon ampun hanya pada-Mu

Selasa, 14 Juni 2011

Siapkah Menghadapi Kehilangan ?


Bila kita siap MENDAPATKAN, sudahkan kita juga siap untuk KEHILANGAN ?

Memang, ada beragam cara menyikapi kehilangan. Dari mulai marah-marah, menangis, protes pada takdir, hingga bunuh diri. Masih ingatkah Anda pada tokoh-tokoh ternama, yang tega membunuh diri sendiri hanya karena sukses mereka terancam pudar ? Barangkali kisah yang saya adaptasi dari The Healing Stories karya GW Burns berikut ini, dapat memberikan inspirasi.

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan. Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan. Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. "Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok," gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.

"Sebaiknya koin ini Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno," kata teller itu memberi saran.. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya kekolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar. Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu. Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.. Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang. Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.

Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, "Apa yang terjadi ? Engkau baik saja kan ? Apa yang diambil oleh perampok tadi ?

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi".

Memang, ada beragam cara menyikapi kehilangan. Semoga kita termasuk orang yang bijak menghadapi kehilangan dan sadar bahwa sukses hanyalah TITIPAN TUHAN. Benar kata orang bijak, manusia tak memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup. Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan ?

Have a positive day !

Kekuatan terbesar yang mampu mengalahkan stress adalah kemampuan memilih pikiran yang tepat.
Kita akan menjadi lebih damai bila yang kita pikirkan adalah jalan keluar masalah

 


Oleh: Mario Teguh
Bussiness Efectiveness Consultant 

Minggu, 12 Juni 2011

Cinta & Kejujuran


Ada banyak apresiasi iman, ibadah dan cinta. Mungkin seorang beribadah dengan penghayatan ibadah sebagai pedagang, ia berkiblat kepada keuntungan. Ada penghayatan ibadah sebagai jalan pembebasan. Ada pengabdian yang semata-mata berangkat karena ingin mencintai, memberi, menikmati pengabdian yang hakiki dalam wujud ketundukan dan pengorbanan.


Suatu hari berlangsung diskusi antara empat orang tokoh: Rabi’ah Al Adawiyah, Sufyan Ats Tsauri, Syaqiq Al Balkhi dan Malik bin Dinar. Rabi’ah meminta mereka mendefinisikan kejujuran.
Sufyan Ats Tsauri :
“Tak jujur pengakuan (cinta) seseorang yang tak bersabar menahan pukulan tuannya.”
Syaqiq Al Balkhi :
“Tak jujur pengakuan seseorang yang tak bersyukur atas pukulan tuannya.”
Malik bin Dinar :
“Tak jujur pengakuan seseorang yang bernikmat-nikmat dipukul tuannya.”
Rabi’ah Al Adawiyah :
“Tak jujur pengakuan seseorang yang tak melupakan pukulan ketika menghadap tuannya.”


Demikianlah tingkat-tingkat kematangan manusia dalam kejujuran dan kepribadian mereka. Ada orang yang begitu sabar menahan derita hidup. Ada yang begitu tahan menerima derita da’wah. Dan ada yang begitu bersyukur bahkan menikmati derita tersebut sebagai karunia. Semuanya indah, terutama pada sang totalis (shahibut tajrid) yang tak menyadari derita, karena yang ada hanyalah DIA.


Banyak orang yang mengenal kejujuran yang belum beranjak dari kejujuran mulut, belum lagi ke hati, apalagi yang paling dalam. Mengapa engkau percaya pujian orang yang tak mengenal hakekat dirimu. Padahal engkau tahu dirimu tak berhak untuk hal tersebut. Suatu hari Rasulullah ditanya: “Mungkinkah seorang Muslim berzina?” Beliau menjawab “Ya, mungkin.” Mencuri? “Ya, mungkin.” Berdusta? “Tidak, demi Allah, dia tidak mungkin berdusta!” Barangsiapa berhati jujur tentulah tak akan mendustai hatinya yang tak pernah bisa didustai.


Dengan berbagai macam alasan, 80-an munafiqin kelas berat menghindari mobilisasi Tabuk. Saat Rasulullah SAW kembali dari perang yang Allah sendiri menyebutnya sebagai ”sa’atul ‘usrah” (saat-saat sulit), mereka telah menunggu di depan masjid dan menyambut kedatangan beliau dengan persiapan matang dan alasan yang memukau, tentang mengapa mereka tak ikut perang Tabuk. Ka’ab bin Malik seorang sahabat utama yang tak pernah absen dalam setiap pertempuran -kecuali Badar- mengajukan kalimat terang dan jujur sebagai pilihan terpahit dan mereka tak ingin membohongi Rasulullah SAW agar dapat dimaklumi dan dimaafkan. Kepadanya Rasulullah menyatakan: “Amma hadza faqad shadaq,” (Adapun orang ini, maka benarlah ia).




 
SUMBER:
Alm KH. Rahmat Abdullah (Allahu yarham), “WARISAN SANG MURABBI” Bab 6 Fitrah dan Kejujuran Cinta : Hlm.34-35.